Tentang Kepercayaan*
Ku tak habis pikir, kurangku dimana
Kau tega melepaskan aku
Lagu itu terdengar dari siaran radio yang menemani
perjalananku pulang ke Bandung. Awalnya aku menyumbat telingaku dengan siaran
radio dari handphone agar bisa tertidur dalam perjalanan. Tapi mendengar
lagu itu, aku malah terjaga, dan mengingat dia...
Dia, yang beberapa jam lalu memilih melepaskan aku.
Dia, yang sama sekali tidak menghargai kedatanganku untuk
menyelamatkan hubungan kami.
"Aku baca chatting-an kamu di facebook dan
ym. Siapa laki-laki itu?" tanyaku.
"Aku tidak perlu menjelaskan. Kamu sudah tahu," jawabmu tanpa ekspresi.
"Kamu tega!"
"Ya udah. Kita putus aja. Kamu udah tau kan aku
selingkuh sama teman kantorku? Lagian salah sendiri kamu baca-baca inbox aku
di facebook. Cari-cari arsip chatting di ym aku. Kamu ga menghargai privacy
aku. Aku ngasih password bukan untuk diawasin kayak begini,"
Aku menatapnya. Antara marah, dan pasrah. Mungkin memang
aku yang salah. Tapi apapun salahku, dia tidak punya hak untuk selingkuh!
Aku tak punya semangat lagi untuk berdebat. Nyatanya dia
sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan dia pergi meninggalkan aku yang masih
ingin melihat wajahnya. Ia yang semula di hadapanku, membalikkan tubuhnya, lalu
berjalan cepat. Jauh. Semakin jauh.
Rasanya ingin meledak!
Aku pun memutuskan segera meninggalkan Jakarta, kota
asing yang membuat kekasihku menjadi orang asing.
Kau putuskan, tuk mendua
Dengan dia, dibelakangku
Padahal ku, pilih kamu
Jadi cinta terakhir
Ah, lagu itu terus terngiang
di telingaku. Menemani perjalananku kembali ke kota asalku. Ke kota dimana kami
berdua pernah berbagi kehidupan.
Aku tak pernah suka lagu Indonesia sejak dulu.
Tapi saat lagu ini terngiang begitu saja di telingaku, aku pun pasrah pada
liriknya. Aku bahkan tak tahu siapa penyanyinya.
Aku memang telah memilih
kekasihku itu untuk menjadi cinta terakhirku. Setelah lebih dari tiga tahun
berpacaran, aku sudah berencana ingin melamarnya menjadi istriku. Aku akan
melamarnya, saat hubungan kami tepat 4 tahun.
Nyatanya, ini hanya
angan-angan seorang mahasiswa yang baru lulus dan masih pengangguran, yang
harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya telah mendapat pekerjaan lebih dulu,
lalu pindah ke kota lain. Lengkap dengan paket selingkuh. Teman kerjanya yang
telah mapan, berhasil merebut hatinya dariku.
Terdiam
aku, beku tanpamu
Dimanakah
letak hatimu?
Ah, belakangan baru aku tahu, penyanyi lagu itu adalah Astrid.
Aku tahu dari seorang perempuan yang kini mulai dekat denganku. Dia begitu gemar mendendangkan lagu-lagu Indonesia. Dia lucu, menggemaskan dengan pipinya yang chubby. Tuhan punya cara unik mendatangkan dia dalam hidupku.
Aku akui aku cukup nyaman membagi kehidupanku saat ini dengannya. Tapi, untuk memberikan rasa percaya, aku butuh waktu lebih lama.
Aku hanya bisa menjalani semampu yang aku bisa...
Sebab aku di Bandung, dia di Jakarta.
Kota dimana mantan kekasihku pernah memutuskan untuk mendua ...
*) Ditulis untuk berpartisipasi dalam #30HariLagukuBercerita dengan tema LDR.
*) Ditulis untuk berpartisipasi dalam #30HariLagukuBercerita dengan tema LDR.
Comments